Pages

Friday, December 31, 2010

Hey Backstabber!




I know you were there

You're nice

You're such a good partner

But when I turn one's head

There you are...

trying to kill me with your sweet silent sharp words

But I'm OK

I'm totally FINE

I'll keep my heads up

I won't go down

I'll prove that you're the ZERO one!!



May Allah SWT blessing you....





Tuesday, November 23, 2010

Grown up

(photo from google image)



Saya ragu bahwa saya sudah dewasa.
Orang-orang berkata saya sudah cukup dewasa
Lalu saya berfikir "Ya saya memang mungkin sudah dewasa"
Lalu saya dihadapkan pada usia.
Semakin mantaplah saya "Saya sudah dewasa"
Lalu saya dihadapkan pada anak-anak kecil yg berlarian kesana kemari
Saya berfikir "Wow saya tidak seperti mereka berarti saya memang sudah dewasa"
Lalu saya dihadapkan pada tulisan di tv dan bioskop 21+ = dewasa
Saya sudah mencapai angka itu "Ternyata saya memang sudah dewasa"
Maka mantaplah saya "Ya saya dewasa"


Lalu datanglah dia.
Dia datang menghampiri saya
Lalu saya berfikir
Lalu saya mencari jalan keluar
Lalu saya bertindak semampu saya
Lalu dia menjadi semakin besar
Lalu dia menjadi runyam
Lalu saya menangis
dan...
Sekarang saya mulai berfikir "Saya memang belum terlalu dewasa"
Begitu saja menagis.
Seperti anak kecil saja.


Lalu sekarang saya sedang berfikir.
Berfikir ketika dia datang lagi, saya tidak akan menangis
Ketika dia datang lagi saya sudah punya rencana
Ketika dia datang lagi saya dapat menyelesaikannya
Ketika dia datang lagi saya akan menertawakannya dan berkata
"Masalah, ternyata segitu saja kemampuanmu. Saya sudah dewasa, saya tidak akan kalah denganmu".



Semoga saya cepat sampai ke masa itu.

Amin.




















Saturday, November 13, 2010

Nano-nano

BPH PPI UUM 2009/2010





Senang lalu sedih.
12.11.2010 kmarin adalah masa terakhir kepengurusan kami BPH PPI 2009/2010.
Senang karna udah menyelesaikan amanah. Sedih karna tau akan kehilangan beberapa moment yang biasa dilakukan.

1 tahun yang penuh rasa. penuh tawa. penuh umpatan. penuh pujian. penuh getir. penuh peluh. dan penuh berbagai macam perasaan sehingga saya menamainya tahun nano-nano.

Nano-nano tidaklah enak sangat tapi dia "lain" rasanya dari yang lain. Itu lah yang saya rasakan tahun ini yang insya Allah merupakan tahun terakhir saya sebagai mahasiswa di University Utara Malaysia. Apa yang membuatnya lain? Salah satunya adalah PPI UUM.

Menjadi pengurus selama setahun ini membuat saya bnar-bnar belajar. Belajar apa?ahhh banyak sekali. susah di jabarkan satu-satu. Tapi yang pasti PPI UUM bnar-bnar memberikan pengalaman baru untuk saya. Disini saya baru bnar-bnar merasakan jadi "mahasiswa yg dinamis" (halah). Walaupun dibutuhkan tenaga yg lebih, waktu yang lebih, dan jg Uang yg lebih tapi saya tidak menyesal dan tidak akan pernah menyesal menjadi pengurus.

Untuk 1 tahun ini terima kasih untuk pengurus inti dan teman-teman biro lain, senior-senior dan juga teman-teman UUM lain yg telah banyak skali membantu kami (terutama yg membantu biro seni budaya,,hehe). Maaf juga kalo kerja kami kurang optimal.

Sekali lagi terima kasih dan terima kasih
Selamat juga buat terpilihnya ketua baru, Fariz dan wakil"nya Rady & Adit.
Maju terus mahasiswa Indonesia!!!ahheeyy



*skarang saya benar-benar sedih :(



(rapat kmarin)




Departement Seni Budaya
(Sedi sang ketua seni yg paling nyeni, saya, dan mutia)
Wednesday, October 13, 2010

Thank You



(photografer by farisa, model&edited by me)



Thank you for coming into my life

Thank you for the hardest day you gave to me

Thank you for make me crying

Thank you for make me sick

Thank you for made me realize that I have such a wonderful family

Thank you for made me realize that's what friends are for

Thank you for return my smile

Thank you for make me stronger

Thank you for make me realize that MY LIFE IS BEAUTIFUL


Biggest Thanks to: PROBLEM!



*without you I won't learn anything *smooch*




Thursday, October 7, 2010

Dua

This is the continuance of my pink letter in the previous post. This is an answer that I made by myself for myself for what I felt.


Surat Kedua untuk Satu



Menoleh kebelakang, melihat kenangan. Melihat serpihan-serpihan perasaan yang dulu pernah datang. Ternyata tulisan bisa menjadi cermin. Cermin untuk melihat seperti apa kita dahulu. Disini aku berbicara mengenai Satu. Melihat tulisan merah jambuku untuk Satu waktu dahulu, membuatku tersenyum. Bukan tersenyum malu seperti dulu. Tapi tersenyum karena lucu. Lalu tersenyum kecut melihat kenyataan. Begitu hebat sang waktu memainkan perannya.

Dahulu aku tersenyum malu untuk Satu. Ralat, bukan dahulu tapi beberapa waktu yang lalu. Sekarang aku tersenyum kelu untuk Satu. Bukan waktu yang menghilangkan rasa ini untuk Satu, tapi waktu yang berjalan memaparkan realita ke depan mataku akan siapa Satu sebenarnya. Kalau boleh aku memohon pada waktu agar menarik kembali ingatanku dan mengembalikan Satu yang dulu, yang tanpa cela. Tapi tentu tidak boleh kan?

Satu masih tetap menarik dengan caranya sendiri.Rasa yang dulu ada untuk Satu sekarangpun masih ada. Tapi aku tahu, aku tidak akan menyimpannya terlalu lama.

Cukuplah selesai sudah rasa ini untuk Satu.



Satu, dulu aku menantimu. Melihat kearahmu.


Satu jangan buat aku menoleh padamu lagi ya!




BYE.

Saturday, October 2, 2010

Satu

I found an interesting writing of the “previous” me. It’s a part of diary and this is the first time I publish my “pink” letter. It’s a bit embarrassing but it’s just a memory so....

Jatuh Cinta sama Satu


(photo from deviantart)


Orang-orang bilang “Jangan jatuh cinta sama dia!Logatnya aneh!”. Tapi apa cukup alasan itu untuk menghilangkan rasa ke seseorang. Rasa kan tidak datang begitu saja, dan pastinya dia tidak akan pergi begitu saja. Rasa itu tumbuh karena dipupuk dan lambat laun menjadi rasa yang kuat dan kental hingga terkadang menyesakkan hati. Terdengar gombal ketika ada yang berbicara kalau sedang jatuh cinta, gula pun berubah rasa jadi madu. Tapi pada kenyataannya memang seperti itu, rasanya bibir ini tidak bisa menghilangkan senyumnya. Pemandangan jadi terlihat seribu kali lebih indah. Bahkan cermin pun bisa protes karena kita selalu menolehn kepadanya. Karena jatuh cinta memang sungguh menawan.

SATU begitu aku menyebutnya. Pastinya bukan nama dia yang sebenarnya, hanya saja aku suka memanggil dia seperti itu. Orangnya biasa saja. Mungkin justru karena ke”biasa”anya itulah yang membuat aku terkesan. Dengan kesehariannya yang tampak monoton membuat aku jadi memerhatikannya. Aku jadi cepat sadar akan keberadaan dia. Justru itulah yang membuat aku terkesan padanya.

Tapi sayang, lagi-lagi sayang. Aku rasa tidak banyak yang akan mendukung perasaanku pada Satu. Karena kita terlalu berbeda. Lagi-lagi alasan itu. Latar belakang kami terlalu berbeda. Budaya kami berbeda. Entah apa yang akan terjadi pada perasaanku kali ini.




SATU menolehlah kesini. Ada aku disini yang selalu melihat kearahmu dan mencari hadirmu.



*p.s: Satu sekarang tidak terlalu cuek. Dia mulai mengindahkan hadirku. ;)

1 May 2010